Umumnya airbag menggunakan sistem pyrotechnic dalam mengembangkan balonnya.
Begitu crash sensor membaca terjadinya tumbukan, sebuah pelatuk kecil dicetuskan untuk membakar sodium azide yang selanjutnya menghasilkan gas nitrogen.
(BACA JUGA: Ini Malaikat Penjaga Anda Saat Menikung dengan Mobil)
Gas ini hanya butuh sekitar 0,03 detik untuk mengembangkan balon menjadi besar.
Atau dengan kata lain semburan gas nitrogen ini membuat airbag mengembang secepat 300 km/jam.
Ketika airbag mengembang, akan turut keluar serbuk putih yang berfungsi sebagai pelumas.
Selain itu hampir semua airbag modern terintegrasi dengan seatbelt.
Sehingga dalam tabrakan, pretensioner seatbelt akan mengencang dan menahan gerakan tubuh ke depan.
(BACA JUGA: Fitur Ini Bikin Maling Sulit Mencuri Mobil Anda)
Itu sebabnya airbag disebut sebagai perangkat safety pasif pendamping seatbelt.
Oh ya, sensor-sensor pendeteksi benturan ini juga semakin canggih dan cerdas untuk menterjemahkan tumbukan apa saja yang memaksa airbag meledakkan diri.
Sering kali, ketidakaktifan airbag akibat tabrakan kecil dianggap sebagai kerusakan teknis oleh pemilik mobil yang kurang paham akan teknologi ini.
Contohnya bila benturan dapat diserap oleh teknologi crumple zone dan terdeteksi oleh komputer tidak membahayakan ruang penumpang, maka airbag tidak akan mengembang.
Selain itu masih ada beberapa kondisi yang bisa membuat airbag tidak mengembang saat terjadi benturan misalnya seperti benturan terjadi di bawah batas kecepatan airbag mengembang atau hantaman tidak frontal dan tidak mengenai crash sensor. Advertorial
Editor | : | Dwi Wahyu R. |
KOMENTAR