GridOto.com-Walter Linderer, seorang engineer dan desainer Jerman, tercatat sebagai orang pertama yang menemukan dan mematenkan airbag alias kantung udara penyelamat pada 1951.
Setelah itu beberapa insinyur juga mengembangkan teknologi airbag seperti John W. Hetrick (1953), Yasuzaburou Kobori (1963), dan Allen K. Breed (1967).
Namun, airbag baru diaplikasikan di mobil produksi massal sebagai fitur opsional (tambahan) pada awal 1970.
Airbag baru menjadi fitur standar di mobil pada tahun 1990-an.
Contohnya Toyota, semua produk yang dipasarkan di Indonesia sudah dibekali airbag sebagai fitur keselamatan standar.
(BACA JUGA: Fitur Penting yang Sering Diabaikan)
Paling dasar, Toyota membekali 2 buah airbag di mobil, yaitu di setir dan dasbor sisi penumpang.
Bahkan di beberapa produk jumlahnya lebih banyak lagi, contohnya Toyota Fortuner VRZ terbaru yang sudah dibekali Dual SRS Airbags (pengemudi dan penumpang), Knee Airbag (pengemudi), Side Airbag, dan Curtain Air Bag.
Atau Toyota Yaris terbaru yang total airbag mencapai 7 buah.
Umumnya airbag menggunakan sistem pyrotechnic dalam mengembangkan balonnya.
Begitu crash sensor membaca terjadinya tumbukan, sebuah pelatuk kecil dicetuskan untuk membakar sodium azide yang selanjutnya menghasilkan gas nitrogen.
(BACA JUGA: Ini Malaikat Penjaga Anda Saat Menikung dengan Mobil)
Gas ini hanya butuh sekitar 0,03 detik untuk mengembangkan balon menjadi besar.
Atau dengan kata lain semburan gas nitrogen ini membuat airbag mengembang secepat 300 km/jam.
Ketika airbag mengembang, akan turut keluar serbuk putih yang berfungsi sebagai pelumas.
Selain itu hampir semua airbag modern terintegrasi dengan seatbelt.
Sehingga dalam tabrakan, pretensioner seatbelt akan mengencang dan menahan gerakan tubuh ke depan.
(BACA JUGA: Fitur Ini Bikin Maling Sulit Mencuri Mobil Anda)
Itu sebabnya airbag disebut sebagai perangkat safety pasif pendamping seatbelt.
Oh ya, sensor-sensor pendeteksi benturan ini juga semakin canggih dan cerdas untuk menterjemahkan tumbukan apa saja yang memaksa airbag meledakkan diri.
Sering kali, ketidakaktifan airbag akibat tabrakan kecil dianggap sebagai kerusakan teknis oleh pemilik mobil yang kurang paham akan teknologi ini.
Contohnya bila benturan dapat diserap oleh teknologi crumple zone dan terdeteksi oleh komputer tidak membahayakan ruang penumpang, maka airbag tidak akan mengembang.
Selain itu masih ada beberapa kondisi yang bisa membuat airbag tidak mengembang saat terjadi benturan misalnya seperti benturan terjadi di bawah batas kecepatan airbag mengembang atau hantaman tidak frontal dan tidak mengenai crash sensor. Advertorial
Editor | : | Dwi Wahyu R. |
KOMENTAR